Teknologi
Internet Indonesia Jomplang, Palapa Ring yang Mangkrak 11 Tahun Dihidupkan

JAKARTA, Hasil riset lembaga Open Signal yang dipublikasikan beberapa waktu lalu menempatkan Singapura sebagai juara kualitas layanan 4G LTE di wilayah Asia Tenggara. Bagaimana dengan Indonesia?
Ketika berkunjung ke redaksi Kompas.com,
Kamis (17/3/2016) kemarin, Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo) Rudiantara mengakui bahwa Indonesia secara keseluruhan
memang belum bisa menyamai negara-negara tetangga yang menduduki urutan
teratas soal kecepatan internet seluler.
Namun, dia menekankan
bahwa hal itu terjadi lantaran kualitas akses internet di Tanah Air
memang "jomplang" alias belum merata dari Sabang sampai Merauke.
Apabila
pengamatan dilakukan secara lebih spesifik ke kota-kota tertentu di
Indonesia, maka bisa dilihat bahwa sebenarnya Indonesia tak terlalu
tertinggal.
“Kota Jakarta itu throughput download-nya 7
Mbps, hampir sebanding dengan Los Angeles (AS) yang 7,88 Mbps serta
lebih tinggi dibanding Bangkok (Thailand) yang hanya 2,33 Mbps, New
Delhi (India) dengan 1,89 Mbps, serta Kuala Lumpur (Malaysia) dengan
5,87 Mbps,” ujar Rudiantara memberi contoh dengan mengutip data terkini
dari OpenSignal, per Februari 2016.
Angka
yang dicatat Jakarta itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional
Indonesia yang tercatat hanya sebesar 5,46 Mbps, atau masih di bawah
Malaysia sebesar 5,75 Mbps. Artinya sebaran internet cepat di Indonesia
masih belum merata.
Untuk mengejar ketertinggalan, pemerintah
melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika giat mendorong
pembangunan akses internet cepat di seantero Nusantara, baik fixed broadband melalui program Palapa Ring maupun mobile broadband melalui pembangunan jaringan seluler 4G LTE oleh operator.
Rudiantara
pun yakin pada akhir masa jabatannya tiga tahun mendatang, kualitas
akses internet di Indonesia sudah bisa menyamai negeri-negeri tetangga.
Paling tidak di kota-kota tertentu.
“Targetnya, pada 2019
internet Jakarta dan Singapura sudah sebelas-dua belas (hampir sama),”
kata dia. “Memang, ini cukup menantang, tapi bukan berarti tak bisa
dicapai.”
Kurangi “gap”
Data OpenSignal yang disampaikan oleh Rudiantara turut memperlihatkan adanya kesenjangan yang lebar antar-wilayah di Indonesia.
Di daerah Papua dan Maluku, misalnya, kecepatan download
hanya berkisar di angka 200-300 Kbps atau jauh lebih rendah
dibandingkan wilayah Jawa yang mencatat rata-rata 3,5 Mbps (3.500 Kbps),
apalagi Jakarta yang sebesar 7 Mbps.
Dengan kata lain, warga
Jakarta menikmati kecepatan internet 23 kali hingga 25 kali lebih tinggi
dibandingkan dua wilayah di Indonesia Timur tersebut.
Itulah perlunya pemerintah mendorong pemerataan broadband melalui Palapa Ring, lanjut Rudiantara. “Supaya ‘gap’ (kesenjangan kecepatan internet antar wilayah di Indonesia) ini tidak terlalu jauh,” katanya.
Ide
Palapa Ring sendiri, menurut Rudiantara, sebenarnya sudah muncul sejak
11 tahun lalu, tapi ketika itu urung berjalan karena belum ditemukan
struktur yang pas soal pelaksanaannya.
Kini, dia menyebutkan bahwa Palapa Ring mungkin dipandang tidak feasible dari segi bisnis operator karena daerah yang dituju belum bentu menyimpan potensi bisnis, namun tetap viable alias mungkin dilakukan secara ekonomi.
Di
sinilah letak peran pemerintah sebagai pendorong program. “Pemerintah
memberikan jaminan, ini ada pelanggan atau nggak ada pelanggan pokoknya
dibayar asalkan services-nya sampai dengan (titik) tertentu,” ujar Rudiantara.
Program Palapa Ring Paket Barat yang
rencanaya bakal menjangkau wilayah Kepulauan Riau hingga Natuna dengan
kabel serat optik sepanjang 2.000 Km kini telah diresmikan.
Begitu pula dengan Palapa Ring Paket Tengah
yang bakal meliputi wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara
(sampai dengan Kepulauan Sangihe-Talaud) dengan kabel serat optik
sepanjang 2.700 Km.
Adapun peresmian Paket Timur yang mencakup
Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua dengan total kabel
serat optik sepanjang 6.300 Km masih dalam tahap pra kualifikasi dan
diharapkan sudah mencapai penandatanganan kerja sama dengan para
pemenang tender pada September 2016.
Jika semua berjalan lancar,
Rudiantara berharap sebaran internet cepat di Indonesia bakal lebih
merata menjelang akhir masa jabatannya nanti.
“Mudah-mudahan semua ibukota kabupaten dan kotamadya di Indonesia sudah terhubung dengan broadband pada 2019,” pungkasnya.
sumber: kompas.com
Solusi Hemat Telekomunikasi bisa anda dapatkan melalui MGM .

- Pemerintah Pusat Instruksikan 9 Langkah Percepatan Pengembangan Danau Toba
- Badan Otorita Danau Toba Berbentuk BLU
- Gerhana Matahari Bikin Trafik Telkomsel Melonjak 387%
- Maret, Danau Toba Siap Jadi Destinasi Kelas Dunia
- Ini Perkembangan Terkini Proyek Tol Trans Sumatera
